Rindu Bapak

Pagi itu adalah tahun kedua aku tak berjumpa dengannya
Di dalam bus yang sesak, dengan seragam merah-putih, aku menunggu bus yang berhenti di perempatan lampu merah
Pandanganku menyapu sekeliling perempatan, lalu pandanganku terhenti pada satu sosok yang kupikir hanya kujumpai di mimpiku saja…
Dia, masih dengan jaket biru yang sama. Rambut yang mulai menunjukkan uban. Tubuh kurusnya, masih sama.

 Hanya senyumnya saja yang tak ada….
Pandangannya kosong… dan hatiku kembali terenggut olehnya….

Jika saja aku bisa kembali ke waktu itu, tak akan kupedulikan batas kehidupan-kematian, batas kesadaran-mimpi yang menahanku keluar dari bus…
Aku akan berlari, tak peduli siapa dia, tak peduli kegilaanku, tak peduli pada kerinduanku yang menyesakkan, tak peduli lagi….

Aku akan berlari, memegang tangannya, dan berucap salam: Kinur, kangen bapak….

Tinggalkan komentar