Demi Tempe

Percakapan malam hari saat beli gorengan
Aq: “Mas, kok tempenya tipis amat sih?” tanyaku sedih ke Mas-Mas penjual gorengan (M2PG) melihat tempe goreng yang harusnya gemuk jadi setipis tempe kripik
M2PG: “Iya mbak, tempe lagi mahal, nih?”
aq: “Emang mahalnya sampai berapa?”
M2PG: “Naik 2 kali lipat Mbak. Ini aja, saya sudah 3 hari enggak jualan karena ikut demo.”
Aq kaget, gileee penjual gorengan aja memperjuangkan haknya dengan sekuat tenaga demi tempe yang kucintai wkwk…
“Ya sudah, yang tabah ya mas,” ucapku menguatkan…..

Yah, enggak peduli berapa puluh ribu sarjana pertanian yang ada, kalau para sarjana itu sekian persennya enggak ada yang mau turun ke sawah buat nanam kedelai, dan bahan pangan lainnya, kita tetap akan kekurangan pangan. Impor dari negara lain meskipun luas tanah kita berkali lipat dari negara lain.
Pekerjaan petani adalah pekerjaan mulia lagi hebat lagi kuat. Tak semua orang mau turun ke sawah, mau berkotor-kotor yang belum tentu disponsori ma deterjen terkenal itu demi memberi makan orang lain lewat kerja keras tanpa kenal waktu.
Petani-petani tua semakin menua karena usia yang tak bisa dihindari, tubuh mereka tak lagi sekuat ketika muda dahulu. Ketika anak-anak muda semakin sedikit yang tergerak hatinya untuk jadi petani, maka jangan salahkan orang lain ketika semua makanan menjadi mahal.

Pekerjaan petani memang berat lagi mulia, dan hanya orang-orang mulia lagi kuat sajalah yang sanggup menjadi petani:)

Tinggalkan komentar